Cerita seks pemerkosaan seorang gadis berjilbab

Cerita seks pemerkosaan seorang gadis seksi dan cantik yang memakai jilbab ini kami tulis dalam bentuk yang sederhana dengan nama pemeran yaitu Diana yang masih menempuh studi sarjana. Wanita ini ternyata tidak pantas dengan jilbabnya, walaupun dia diperkosa tapi dia ternyata juga malu-malu tapi mau karena memang hubungan seks itu ternyata dirasanya begitu nikmat.


Pukul 22.00 WIB sebuah mobil Honda Jazz melintas cepat di jalan antar kota. Sepanjang jalan itu dikelilingi oleh rawa rawa dan pepohonan. Tampak lampu jalan berdiri gagah member penerangan seadanya di sepanjang jalan itu. Di dalam mobil Honda Jazz merah tersebut tampak seorang wanita yang berjuang melawan kantuknya dibelakang kemudi. Ia adalah Diana, wanita berusia 25 tahun yang kini sedang sibuk dalam studi S2 nya. Diana berperawakan tinggi sekitar 158 cm dan tubuh yang tak terlalu gemuk namun juga tak kurus. Kesehariannya, ia selalu memakai pakaian gamis longgar disertai kerudung panjang hingga menutup dada serta tak lupa kaus kaki agar tak sedikitpun auratnya dilihat oleh laki-laki yang bukan muhrim nya. Diana kini memakai kacamata lantaran ia sangat akrab dengan buku hingga kadang lupa mengatur jarak mata dengan buku sehingga menambah wajahnya terlihat manis.

Tiba tiba Honda Jazz itu melaju pelan dan Diana menginjak pedal rem nya. Ia melihat jam tangan nya yang sudah menunjukan pukul 22.25 itu. Walaupun besok adalah hari minggu, Diana tetap ingin sampai ke rumah lebih cepat dan bisa istirahat karena tubuhnya telah lelah saat menjadi pembicara di kegiatan rohis kampus nya dulu yang diadakan diluar kota.
“kenapa bisa macet?” kata Diana bernada kesal.

Mobil di depan dan disamping nya dalam keadaan mati pertanda macet nya sangat parah. Diana merasa ragu untuk mematikan mesin mobilnya karena jika mesin mobilnya mati maka ia akan kepanasan karena AC mobil pun ikut mati dan ia tak berani jika harus membuka kaca jendela atau keluar seperti yang dilakukan pengemudi lain yang ternyata adalah sopir truk ekspedisi yang rata rata memiliki tampang seram dan tubuh besar. Khawatir jika terjadi apa apa dengan mobilnya, Diana pun terpaksa mematikan mesin mobil nya diikuti oleh lampu depan yang padam. Diana membuka kaca jendela dan sopir sopir itu mengarahkan wajahnya kea rah wanita manis berkacamata dan berjilbab panjang itu. Diana menyadari tatapan itu dan mengalihkan pandangannya ke layar smartphonenya. Sedikit pandangan nya terganggu saat ia melihat ada seorang sopir bertubuh gendut dan tak berbaju melintas di depan mobilnya dan pipis di tepi jalan di bawah pohon.

Jam menunjukan pukul 23.07. suasana disitu menjadi lebih gelap dan mobil pun tak bergerak sedikitpun. Secara samar ia mendengar seorang sopir truk berkata bahwa ada truk muatan kayu yang panjangnya 10 meter terbalik di tinkungan tajam sehingga menutupi keseluruhan badan jalan dan menyebabkan jalanan lumpuh total dari kedua arah. Dengan keadaan macet seperti ini, ia menyesal kenapa tak mengikuti saran adik adik tingkatnya untuk menginap di penginapan dan pulang besok pagi. Diana kini berusaha lebih keras menahan kantuk yang mulai menghampirinya. Mendengar cara bicara mereka, Diana mencoba memberanikan keluar dari mobilnya untuk sedikit meluruskan pinggang dan berharap agar kantuknya sedikit hilang.

“capek ya neng?” Tanya salah seorang sopir truk
“iya bang, ngantuk juga” jawab Diana dengan nada sopan
“tidur aja dulu neng, nanti kalo sudah jalan kami banguni” kata salah seorang sopir truk yang lain.
“gak apa bang, masih tahan kok” Diana menjawab sambil tersenyum
Tanpa Diana sadari, senyumnya itu membuat birahi sopir sopir truk disitu mulai bangkit. Penampilan Diana yang memakai gamis dan jilbab panjang justru membuat nafsu para sopir yang lebih sering menikmati tubuh pelacur mulai membara. Pantat sekal nya tak mampu ia sembunyikan dari balik gamis nya begitu juga payudara nya yang memang berukuran 34c tak dapat disembunyikan dengan sempurna oleh jilbab panjangnya.

“memangnya kenapa bisa macet bang?” Tanya Diana
“ahh itu, ehmm ada mobil terbalik neng” jawab seorang sopir truk bernama Jarwo dengan gugup karena baru saja disadarkan dari lamunan nya menikmati tubuh Diana.
“Bisa lama berarti ya” Diana bertanya dengan ekspresi muka kecewa
“ya sih neng, tapi sudah biasa kok kayak ini bagi kami. Palingan besok pagi baru bisa jalan lagi” jawab sopir lain nya yang bernama Tejo.
“ngobrol sama kami aja neng disini” ajak Surya, salah satu sopir yang sedang duduk diatas jalanan aspal beralaskan sandal jepit disamping ban mobil truk hijau bermuatan barang elektronik itu.
“terima kasih bang, saya masuk lagi saja. Gak tahan udara nya” Diana menolak ajakan dari sopir sopir itu.

Pukul 01.00 WIB, lalu lintas mulai bergerak pelan. Dari kejauhan polisi sibuk mengatur arus agar kembali pulih. Para sopir sopir yang sedang berceloteh tadi segera menaiki truk masing masing. Ketika Jarwo hendak menuju truk nya yang berada dibelakang Honda Jazz milik Diana, ia melihat Diana sedang tertidur. Maksud hati ia ingin membangun kan nya namun setelah melihat wajah manis nya Diana dan telapak tangan nya yang lembut, ia mulai berpikiran aneh. Dia member aba-aba kepada sopir sopir lain yang tadi sempat membicarakan tubuh gadis berjilbab seperti Diana. Karena pergerakan lalu lintas masih agak lambat, mereka berdiskusi untuk menculik Diana.

Tejo mengangkat Diana dan memindahkannya ke jok belakang sambil kedua mata dan tangan nya diikat dengan kencang serta mulutnya pun di bekap kuat dengan kain yang mereka bawa. Tejo mengendari mobil Diana dan truk yang dikendarai Tejo di kendarai oleh Herman, kernet nya Tejo. Mereka telah sepakat kemana akan membawa Diana.

Mereka kembali menghidupkan mesin mobil dan mobil mobil itu berjalan beriringan. Polisi yang bertugas mengatasi kemacetan tak mencurigai apapun saat Honda Jazz itu lewat dikarenakan kaca film mobil itu sangat gelap.

Lalu lintas mulai bergerak lancar. Mobil Diana melaju cepat diiringi dua truk dibelakangnya. Sampai didepan jalanan setapak, mobil mobil itu memasuki jalan itu dan berhenti disebuah proyek ruko yang terbengkalai yang ditinggal pemiliknya karena kehabisan dana.

Jarwo dan Herman menggotong tubuh Diana dan membaringkannya di lantai dingin itu. Tutup mata nya dibuka dan tubuh Diana menggeliat menambah gairah biarahi para calon pemerkosa nya. Karena melakukan pemerkosaan dengan korban yang tak sadar dinilai tak jantan, mereka mengambil air minum dari mobil Diana dan menyiramkannya ke sekujur tubuhnya sehingga membuat lekuk tubuh Diana kini tampak makin jelas. Diana terbangun dan terkejut menyaksikan dirinya dikelilingi empat laki laki yang agak ia lupa sedang berdiri dan sudah dalam keadaan telanjang bulat.

“sudah bangun, cantik?” kata Tejo
“apa apaan ini, lepaskan aku!” Diana mulai panik
“hahaha, kau sangat cantik, cocok sekali jika menjadi pelacur” kata Herman
“tidak.. dimana aku? Lepaskan aku!” Diana semakin panik dan dalam keadaan seperti itu, tubuhnya makin menggeliat saat mencoba melepaskan ikatan tangannya sehingga membuat payudara 34c nya yang ditutupi oleh jilbab basah terlihat bergoyang goyang.
Tanpa banyak bicara, Jarwo menindih tubuh Diana dan menekan kontol nya ke payudara Diana.
“yang kayak gini yang gue demen, yang tertutup tapi bisa dipake” kata Jarwo
Diana menangis saat pertama kali nya tubuhnya disentuh oleh laki laki yang bukan muhrim nya. Jarwo mulai menggesek-gesekan kontolnya ke payudara bulat itu dan membuat Diana mengerang.
“gimana rasa nya Wo?” Tanya Herman
“toket nya aja yang ketutup enak bro, gimana kalo pas udah dibuka.. gue gak kebayang gimana memek nya.. hahahaha” jawab Jarwo yang makin membuat telinga Diana menjadi panas.
“udah buka aja baju nya, gak enak ngentot sambil pake baju.. tapi jilbab nya biarin aja. Hahaha” usul Tejo.

Wirman, salah satu sopir berusia mengambil pisaun dan mengancam Diana.
“kalo lo coba coba melawan, baju lo bakal kita sobek dan mobil lo kami ambil dan lo mau pulang telanjang terus di perkosa orang lain lagi?”
Diana terdiam, air mata nya tak lagi menetes.
“udah lo nurut aja, kita jamin lo pasti bakal keenakan, malahan ketagihan hahahah” kata Juned, kernet berusia 40 tahun.
“nah sekarang lo berdiri dan lepasin semua pakaian lo kecuali jilbab” perintah Jarwo sambil melepas ikatan tangan Diana.

Diana berdiri dengan pasrah dan tangan nya meraba resleting gamis di belakang punggungnya.
“eh lo ngapain? Gaya dikit buka nya lah jangan Cuma tegang gitu. Lo sekarang jadi lonte kita, kalo lo bisa bikin kita puas, mobil lo kami balikin” kata Herman
“bang, tolong jangan lakukan ini.. ini dosa bang” Diana merengek
“ohh loh mau ceramahin kita ya?” ya udah kita sadar nih, lo gak usah buka baju” kata Tejo
Diana bernafas lega akhirnya salah ada yang bisa ia sadarkan.
“tapi kita yang akan bukain baju lo pake pisau ini” lanjut Jarwo
“ahhh ampun bang.. jangan bang..” Diana kembali takut.
“kalo gak mau lo nurut aja, lo pokoknya jadi lonte sekarang.. siapa tau lo ketagihan dan pengen jadi lonte selamanya” kata Herman.

Diana marah mendengar perkataan itu, ia tahu apa yang mereka inginkan dan terpaksa ia harus menuruti. Diana meliuk-liukan tubuhnya sambil menurunkan resleting gamisnya. Walaupun sebagai seorang gadis yang alim, Diana juga pernah menonton bokep dan masturbasi untuk menghentikan syahwatnya secara diam diam. Kini ia yang akan menjadi aktris bokep itu sendiri dan fantasi nya selama masturbasi akan menjadi kenyataan. Ya, Diana selalu menghayal ia sedang digangbang oleh pria pria kasar yang tak ia kenal dan dipaksa memuaskan mereka. Setelah gamis nya terlepas dari tubuhnya, ternyata Diana masih memakai celana panjang lagi dibalik gamisnya. Ia turunkan celana panjang itu sambil menggoyang kan pinggulnya. Kini Diana hanya memakai jilbab yang menutupi toketnya, celana dalam, kaus kaki dan sepatu hitam. Diana meremas toketnya yang masih tertutupi jilbab dan bra hingga ia sedikit mengerang “ahhhh”.
Jauh di balik sikap santun dan alim nya Diana juga tersimpan pribadi binal yang hanya ia yang tahu selama ini dan hanya ia ingin tunjukan pada suami nya kelak namun kini ia malah terbuai dan terbawa suasana dihadapan sopir sopir mesum itu hingga ia lupa bahwa ia adalah korban pemerkosaan dan yang terjadi kini adalah dia seperti pelacur berjilbab yang siap mempersembahkan keperawanan nya untuk pelanggan pertama nya. Bra yang membalut toket nya juga telah terjatuh ketanah. Namun Diana masih membiarkan jilbab panjangnya menutupi toketnya yang makin mengeras dan makin menampakan putingnya dari luar jilbab.. terlihat sekarang ia seperti akhwat jilboobs. Diana mendekatkan tubuhnya ke para sopir sopir itu dan makin menggoyangkan pinngulnya. Ia berbaring dan menggeliat-geliat sambil memasukan tangan kanan nya kedalam jilbabnya dan meremas toket kirinya dan tangan kirinya merogoh bagian dalam celana dalam nya dan menekan-nekan klitorisnya.

“ahhhh oohhhhh” Diana makin liar memuaskan dirinya dan membuat kontol para sopir itu bertambah keras. Wajah Diana yang manis dan berkacamata itu mulai berubah menunjukan birahi nya yang tak terkendali.
“ayo cepetan buka cd lo lonte” teriak Tejo. Masih dalam keadaan berbaring dengan kepala yang mengarah ke para sopir, Diana menurunkan celana dalam nya sambil melebarkan kaki nya dan memeknya pun terlihat jelas mengangkang dengan bulu bulu tipis terawat.
Waktu menunjukan pukul 03.00 pagi, giliran pertama adalah Jarwo sebagai pria paling tua yang mendapat pelayanan pertama. Diana berjalan merangkak kearah Jarwo sambil menyampirkan jilbabnya ke pundak hingga tampaklah toket 34c itu. Diana menciumi kaki Jarwo mulai dari jari kaki nya yang bau hingga ke paha dan akhirnya bibir sexy nya menyentuh batang kontol Diana. Diana agak sedikit kaget melihat kontol secara langsung untuk pertama kali nya. Jarwo memegang kepala Diana dan mengelus-elus nya seperti hewan peliharaan. Diana melakukan apa yang pernah ia lihat dari film bokep, yaitu menjilati batang kontol itu. Walaupun jijik namun dorongan hasratnya mengalahkan perasaan itu dan membuatnya bertindak lebih liar. Sangat kontras sekali, wajah putih manis berkacamata itu mengulum kontol hitam besar. Kemudian Diana merangkak naik mendekatkan memeknya ke kontol Jarwo.

Sopir-sopir itu tertawa terbahak bahak melihat gadis yang tadinya alim menjadi lonte yang sangat luar biasa. Saat memek Diana hampir menyentuh kontol Jarwo, Jarwo mendorong tubuh Diana hingga jatuh kelantai. Jarwo duduk dihadapan tubuh telanjang Diana dan menggesek-gesekan kontolnya di memek Diana. Ia semakin merangsang tubuh Diana dengan sedikit memasukan kepala kontolnya dan kemudian menariknya kembali. Diana menggeliat liar dan memohon agar kontol Jarwo dimasukan ke dalam memeknya. Akhirnya Jarwo memasukan dengan pelan dan tetesan darah segar mengalir dari liang memek akhwat itu. Diana merasa kesakitan namun rasa sakit itu di gantikan oleh kenikmatan fantasi nya yang selama ini menjadi kenyataan.

Jarwo menyodok dengan cepat dan membuat Diana mengerang keenakan. Diana membalas serangan Jarwo dengan memaju mundurkan pinggulnya sehingga kontol besar jarwo makin masuk menyentuh rahim nya. Sopir sopir lainnya tak tahan menunggu giliran hingga mereka dengan pelan mengocok kontol mereka masing masing. Jarwo pun mencapai klimaks dan ia mencabut kontolnya dan menumpahkan sperma nya ke wajah Diana dan mengenai kacamata serta jilbabnya.

Kini giliran Tejo yang mengeksekusi Diana. Diana dipaksa menungging dan Tejo memasukan kontolnya disambut dengan erangan nikmat dari mulut Diana. Juned menyuruh Diana mengulum kontolnya. Diana di genjot dari depan dan belakang. Orgasme yang ia peroleh sebanyak tiga kali selama di eksekusi oleh Jarwo belum membuatnya puas. Ia kini merasa menemukan sebuah kesenangan dan kegembiraan yang ia bayangkan dalam khayalan nya saja. “lo emang lonte neng” kata Jarwo. Diana tak menjawab apapun karena mulutnya penuh oleh kontol Juned. Tejo makin mempercepat genjotannya hingga akhirnya Diana mencapai orgasme nya yang keempat. Sesaat badan nya lunglai dan kontol Juned terlepas dari kulumannya. Juned membersihkan bekas liur di kontolnya menggunakan ujung jilbab Diana dan menggunakannya untuk mengocok kontol nya sendiri. Ini memang bukan pertama kalinya Diana orgasme namun ia benar benar merasa orgasme yang ia alami saat ini terasa lebih nyata disbanding orgasme yang ia alami saat masturbasi.
“ohhh aku lelahh baanngg” kata Diana
“tapi lo belum puasin kita semua nya, jadi mau gak mau lo harus terus layani kita” kata Herman
“iya bang, tapi tunggu sebentar lagi bang… aku capeeekkk ahhhh” jawab Diana sambil memek nya masih di genjot pelan oleh kontol Tejo.
Tejo tak mengenal rasa kasihan, ia lebih suka memperlakukan korban nya seperti sedang diperkosa sehingga ia kembali menggenjot dengan sangat kasar dan membuat Diana mengerang.
“ahhhh enaaakkkkkkk” Diana berteriak
“eh lo kan tadi gak mau, kenapa malah keenakan, bilang dari tadi kalo lo suka jadi bisa kita entot pas macet semalem” ejek Tejo
“ahhhh aku sukkaaa banggg… teruusss baaanggg… perkosaa aku ahhhh” erang Diana. Tejo mempercepat sodokan nya dan akhirnya “crottt crottttt” sperma nya lagi lagi di semprot ke muka manis Diana bersamaan juga dengan meledaknya lahar putih Juned yang tidak sabar sehingga ia mengalami orgasme karena onani menggunakan jilbab Diana dan sperma nya pun menodai jilbab sucinya.

Terakhir Herman mendekat dan memasukan kontolnya kedalam memek Diana yang masih basah. Herman meremas remas toket 34C Diana dan menarik tubuhnya. Diana duduk di pangkuan menghadap Herman sehingga Herman dengan mudah menjliati puting Diana. Diana menekan nekan kepala Herman dan menaik turunkan pinggulnya. Benar benar berbeda dari apa yang terlihat siang sebelumnya dimana Diana adalah seorang motivator akhwat yang selalu mengingatkan orang lain agar selalu menjaga dirinya dari hal hal yang dapat merusak kehormatannya namun kini Diana menjadi pelacur yang tak memiliki kehormatan. Bukan lagi ia sebagai korban pemerkosaan namun lebih dari pengemis kontol yang benar benar lapar akan sodokan kontol. “oouuuuhhh enaakkk baangg” lenguh Diana.

Herman tak memperdulikan desahan Diana, ia terus bersemangat menyedot toket Diana dan menyodok nyodok kontolnya hingga membuat Diana mengejang dan menekan pinggulnya lebih kedepan dan tumpahlah cairan kenikmatanya untuk yang keenam kali. Herman membaringkan dirinya dan sekarang mereka melakukan gaya woman on top. Diana menindih tubuh Herman agar ia terus dapat mengemut toketnya. Jarwo, Tejo dan Juned mendekat dan merapatkan kontol mereka ke tubuh Diana. Jarwo menggesekan kontolnya ke kepala Diana yang masih tertutup jilbab panjang, Juned menggesekan kontolnya ke punggung putih Diana yang juga tertutup jilbab dan Tejo menggesekan kontol nya ke pantat Diana. Cukup lama Diana menikmati pelecehan yang terjadi terhadap dirinya dan Diana mengalami orgasme yang kedelapan kali nya dan kali ia benar benar roboh kelelahan. Tubuhnya ambruk diatas tubuh Herman yang masih menggenjot memeknya. Herman membaringkan tubuh Diana dan mencabut kontolnya. Sperma meluncur mengenai toket montok Diana dan sedikit mengenai wajah nya sementara ketiga sopir lain menyusul orgasme nya dan menumpahkan sperma nya ke muka, kepala dan perut Diana.
Diana terkulai lemas, sementara para sopir itu masih tetap berstamina untuk melanjutkan perjalanan. Jarwo meletakan kunci mobil Diana di samping tubuhnya sementara Diana masih terpejam kelelahan. Entah tertidur atau pingsan. Tejo mengambil gamis Diana yang terletak jauh dari tubuh Diana dan mengelap muka dan tubuh Diana yang penuh sperma setelah mengabadikan pemandangan itu dengan ponsel kamera mereka. Juned menyimpan celana dalam dan bra Diana sedangkan Herman mencatat alamat rumah Diana dan menyimpan nomor telepon nya agar dapat berguna sewaktu waktu.

Pukul 07.25, Diana membuka mata nya dan melihat sekelilingnya tak ada orang kecuali mobil mobil yang lalu lalang di jalan antar kota yang jaraknya sekitar 20 meter dari tempat ia berada. Untungnya tempat ia berada saat itu sedikit tertutup oleh seng seng bekas pembangunan sehingga tak banyak yang menyadari keberadaan mobil Honda Jazz merah disana. Diana meraih gamis nya dan agak terkejut melihat gamisnya yang penuh bekas sperma kering. Ia tak menemukan dimana bra dan celana dalam serta celana pannjang untuk dalaman gamisnya. Diana akhirnya tetap memakai pakaian bernoda sperma itu tanpa ada pakaian dalam lagi. Segera ia memeriksa isi tas nya dan syukurlah tak ada satupun yang hilang. Hanya saja dari layar smartphone nya terdapat notifikasi 6 panggilan tak terjawab dari nomor kontak ayah nya. Diana segera menuju mobilnya yang terparkir di halaman dengan kondisi tanah yang tandus. Diana menyalakan mesin kendaraan nya dan saat ia hendak menurunkan rem tangan nya, ia kembali teringat saat ia menggenggam kontol besar Jarwo.

Ada rasa ia marah pada dirinya sendiri ada juga rasa ia ingin lagi menggenggam kontol asli. Dan ternyata kejadian itu sedikit merubah Diana sehingga ia tidak jadi menurunkan rem tangan itu, yang ada ia malah menaikan gamisnya hingga kepinggang dan tampaklah lubang kenikmatan nya yang telah dibobol oleh pria yang tak ia kenal. Diana mlai melakukan masturbasi di dalam mobil. Ia berteriak sekencang kencangnya membayangkan ia sedang di perkosa kembali. Kini Diana mulai merasakan sisi liar nya semakin membesar daripada sebelumnya hingga ia berpikir bagaimana jika ia berkendara tanpa memakai baju. Tapi itu tak mungkin ia lakukan karena pasti orang orang akan melihat nya dari kaca depan yang tak segelap kaca samping dan belakang. Namun kini Diana malah berkendara dengan rok gamis yang masih terangkat ke pinggang dengan aroma sperma dan cairan memek nya terasa tajam di dalam mobil.

Begitulah cerita seks pemerkosaan terhadap Diana, seorang gadis berjilbab yang ternyata mau banget untuk diperkosa, bahkan ia menginginkan seks itu terjadi lagi untuk kesekian kalinya. Jarwo dan temannya juga merasa puas karena nafsunya bisa terlampiaskan pada gadis cantik dan seksi itu.
cerita sek jilbad imut, cewek imut berhijab dan berkacamata, foto cewek berhijab tanpa celana dalam sex

foto bugil jilbab abg




Jilbab Seksi Cantik

Berikut Koleksi Foto Jilbab Seksi Cantik




CERITA SEX JILBAB : AISYAH GURU SMP

Aisya Pradana, seorang guru di SMP Negeri ternama di Solo berusia 26 tahun, benar-benar telah membuatku terpesona. Walaupun usiaku telah 53 tahun, penisku terasa selalu tegak ketika melihatnya. Sekilas cerita, Dengan Jilbab lebar khas seorang muslimah sejati, dia benar-benar sosok istri yang sempurna. Ditambah dengan kacamata minus yang bergantung di depan mata indahnya, hmm … kecantikannya betul-betul menakjubkan.
Sebetulnya aku agak segan juga mendekatinya, karena begitu santun dan alim perilakunya, serta perbedaan umur kami yang terpaut seperempat abad.
Suatu sore aku melihatnya sedang duduk di beranda depan Ruang Guru, sepertinya sedang menunggu hujan yang sedari siang tadi mengguyur kota Solo dengan deras. Perlahan aku pun mendekati, hingga kemudian duduk di sebelahnya.
“Assalamualaykum, Bu Aisya”
“Waalaykumsalam … Ehh, Pak Hadi. Belum pulang Pak?”
“Belum. Ibu sendiri kenapa belum pulang?”
“Menunggu hujan reda, Pak. Deras sekali hujannya, nggak berhenti berhenti dari tadi siang.”


Sembari mendengar suaranya yang merdu, mataku sedikit melirik ke arah dadanya yang sedikit membusung. Jilbab panjangnya yang berwarna krem tak mampu menutupi kenyataan bahwa payudara akhwat ini memang cukup besar. Aku taksir ukurannya sekitar 36B. Cara duduk Aisya juga begitu anggun. Ia menyilangkan kaki, sehingga rok panjangnya sedikit tertarik ke atas dan memperlihatkan sedikit bagian betisnya yang tertutupi oleh kaos kaki berwarna putih.
Kurasa inilah saatnya bagiku untuk bisa menaklukkan rekanku sesama guru yang menggairahkan ini. Kulihat kiri dan kanan tak ada seorang pun yang lewat karena aktivitas kampus memang sudah selesai semua. Hasrat mudaku pun kembali bergelora, aku pun mulai membaca-baca wirid pemikat yang dulu kupelajari di Gunung *****. Namun tanpa kuduga, Aisya tiba-tiba berdiri hingga aku pun terlepas dari kekhusyukan wiridku.
“Mau ke mana, Bu ?” Aku selalu memanggilnya dengan panggilan Bu Aisya, selain sebagai rasa hormat, juga untuk menyingkirkan perbedaan umur yang cukup jauh di antara kami berdua.
“Sepertinya hujannya masih lama berhentinya, saya mau toilet dulu yah, permisi … Assalamualaykum,” jawabnya sambil berlalu ke arah toilet guru.
Aku yang sudah setengah jalan membaca wiridku pun tak tinggal diam. Aku selesaikan pembacaan wiridku dengan sungguh-sungguh hingga siapapun yang melihat tatapan mataku akan jatuh hati dan menuruti semua kemauanku. Ilmu ini telah kukuasai sejak lulus kuliah dulu. Beberapa kawan pengajian ada yang memberikan informasi tentang wirid ini, dan aku pun langsung mencarinya sampai ke Gunung ***** dan akhirnya aku pun berhasil mendapatkannya, dengan perjuangan yang tak bisa dibilang ringan.
Setelah aku merasa percaya diri dengan wiridku, aku pun langsung mengikuti Aisya hingga ke toilet yang berada di belakang ruang guru. Aku tahu seluruh guru telah pulang, karena akulah yang terakhir berada di ruang guru tadi, jadi sepertinya rencana sore ini akan aman. Ketika kutengok ke setiap sudut toilet, tidak tampak sosok Aisya. Ketika kudengar gemericik air di kamar mandi wanita, maka aku pun menyimpulkan bahwa Aisya pasti sedang pipis.
Dengan cekatan aku pun memasang badan di depan tempat kamar mandi sambil menunggu Aisya keluar. Benarlah, tak lama kemudian sesosok tubuh yang sintal berjilbab panjang keluar dari kamar mandi tersebut. Tanpa menunggu lama, aku pun langsung melancarkan pandangan mautku.
“Bu Aisya …”Ujarku sambil mencegat dan menatap mata Aisya. Mata nan indah itu tiba-tiba menjadi sayu seperti orang yang hilang kesadarannya. Tapi sebenarnya kesadarannya tidak hilang, hanya nafsu seksualnya saja yang tiba-tiba menggelegak.
“Akhhh … Pak Hadi …” Efek dari ilmuku begitu cepat hadirnya, kini Aisya pun telah terjebak dalam permainan nakalku.
Tubuh kami berdua tiba-tiba mematung, tak bergerak sedikit pun. Sunyi, tak ada yang bersuara.Hingga akhirnya Aisya sendiri yang memecah keheningan itu dengan berjalan tapak demi tapak ke arahku. Saat ia telah tepat berada di hadapanku, ia pun memeluk tubuhku yang berbulu lebat ini. Begitu saja aku sudah gembira bukan kepalang. Seorang guru psikologi yang alim dan berjilbab panjang dengan ikhlas tengah memelukku untuk mendapatkan kehangatan birahi dariku. Dapat kurasakan dadanya yang besar naik turun, jantungnya berdetak begitu cepat, tanda-tanda seorang wanita tengah terkena badai gairah.
Untuk berjaga-jaga agar tak terlihat orang, aku pun menggandengnya ke belakang tempat wudhu, sebuah kebun yang cukup tertutup, sehingga terasa aman. Aisya pun menurut saja ketika aku menyandarkan tubuhnya ke dinding, pipinya yang merah benar-benar menggodaku untuk langsung mengecupnya dengan lembut. Tubuh kami berpelukan erat, dan bibirku pun mulai menjelajahi wajah ayu sang akhwat.
“Pak Hadi … apa yang Bapak lakukan? Ini salah pak …” dalam kondisi bergairah pun Aisya masih mampu berpikir tentang salah dan benar, aku pun takjub dibuatnya. Biasanya para korbanku akan langsung pasrah saja menerima apa yang aku lakukan. Ohh … aku makin tak sabar untuk menikmati tubuhnya yang suci ini.
“Nikmati saja Aisya, Bapak janji akan memberikanmu kenikmatan yang tak pernah kau reguk sebelumnya.” Bisikku sambil mejilati pipinya yang ranum. Ahhh … dia langsung mendesah ringan merasakan hangat dan basahnya lidahku di lesung pipitnya.
Tangan kiriku menggenggam erat tangan kanan Aisya dan sedikit menelikungnya ke belakang. Dapat kurasakan basahnya air wudhu masih mengaliri lengannya yang halus dan putih. Sementara itu, tangan kananku pun mulai berani menelusuk masuk ke balik jilbab panjangnya. Satu persatu kancing jubahnya aku lepas, hingga payudaranya yang besar itu pun menyembul keluar.
“Ukhti … toketnya besar sekali yah, boleh Bapak remas?”
“Ahhh … ahhh, boleh Pak. Remas saja …” Jawab Aisya di sela-sela kehausan birahinya. Ia kini mencari cari bibirku untuk dikecupnya, tampaknya dia lumayan ahli juga dalam masalah seksual.
“Ukurannya berapa Bu?”
“36B, Pak. Dan tolong panggil saya Aisya saja … ahhh”
“Besar juga yah Ma, Bapak jadi nafsu banget ngeliat toket kamu.”
Kali ini aku tanganku berganti posisi, tangan kananku berubah menelikung tangan halus Aisya, sedangkan yang kiri meremas2 payudara yang berbungkus bra putih berenda itu perlahan-lahan. Aisya sepertinya belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, sehingga dia kaget dan desahannya menjadi tak tertahan. Aku pun langsung menutup mulutnya dengan bibirku, dan memainkan lidahku di dalam mulutnya yang manis. Aisya yang tak mengerti apa-apa hanya membalas permainan lidahku sebisanya, matanya tampak sayu di balik kacamata yang membuatnya tambah manis itu.
Beberapa menit kami bertahan dengan posisi itu, hingga Aisya pun menggerakkan tangannya untuk memeluk pinggulku. Melihatnya sudah mulai agresif, aku pun mengendurkan telikunganku ke tangannya dan ikut memeluk pinggulnya. Pinggul nan padat itu terasa seksi dan sintal sekali. Belum pernah aku merasakan tubuh wanita yang benar-benar sempurna seperti ini. Aku pun mulai berani merangsang Aisya, guru berkacamata dan berjilbab panjang itu dengan kata-kata kotorku.
“Aisya … mau gak ukhti lihat kontol Bapak?”
Dia tampak terkejut dengan kata-kataku. Wajahnya memerah dan terasa dadanya bergetar kencang. Namun akhirnya dia pun menyerah dan menganggukan kepala, “Mau Pak.”
“Tapi kontol bapak kan hitam, lagipula udah bekas dipakai Bu Maryam (istriku)”
“Gak apa-apa Pak, Aisya udah gak tahan …” Ia pun akhirnya jujur tentang perasaannya, aku pun tak ingin membuatnya menderita lebih jauh dan langsung mengeluarkan kontolku dari balik celana panjangku.
Dengan gerakan reflek, Aisya langsung menggenggam kontolku dengan tangannya, hingga membuatku serasa melayang. Tangannya begitu halus dan lembut, ahh, serasa di surga. Aku singkapkan jilbab panjangnya dan langsung kepalaku aku masukkan ke baliknya guna mengemut payudara Aisya yang demikian menantang. Putingnya telah membesar, warnanya merah muda, bentuknya juga bulat sempurna, benar2 payudara idaman setiap pria. Kami pun saling memuaskan gairah masing-masing hingga matahari tak terasa mulai turun.
Aku pun kaget dibuatnya, menurut guruku, ajian pemikat yang kupakai ini akan hilang khasiatnya bila azan berkumandang. Aku pun berinisiatif untuk menuntaskan hajatku dan yang lebih penting lagi … membuat agar Aisya mau melakukannya lagi denganku di kemudian hari, kalau perlu tanpa ajian pemikat sekalipun.
“Aisya, coba kamu berbalik sayang …”
Ia pun menurut sambil mendesah ringan. Aku remas pantatnya dari balik roknya hingga Aisya sedikit mengerang, suaranya terdengar begitu binal, berbeda sekali dengan kesehariannya yang biasa bersuara lembut, merdu dan anggun. Sedikit demi sedikit aku angkat roknya hingga ke pinggang dan aku turunkan celana dalamnya yang berwarna putih berenda, hampir mirip dengan corak bra-nya. Aisya memang suka sekali dengan warna putih, yang identik dengan kesucian, walau sebentar lagi kesucian yang selama ini dijaganya akan kurenggut dengan penuh kenikmatan.
Tangan kiriku mulai meraba-raba memeknya yang sudah basah oleh lender kemaluan. Aisya tampak telah begitu terangsang, aku pun langsung memposisikan kontolku di depan memeknya. Aisya mendesah makin keras ketika ujung kontolku menempel di bibir memeknya, lehernya kuciumi dengan lembut dan kuperlakukan ia seperti istriku sendiri. Bedanya kami tidak berada di ranjang yang empuk, tapi sedang bersandar di kebun belakang Ruang Guru tempat kami bekerja. Sebentar Aisya membetulkan letak kacamatanya yang telah bergeser kesana kemari, dan pada saat yang sama aku pun menghujamkan penis hitamku ke dalam memeknya, Ughhh …
“Ahhhhhhh, Paaaaakkk Haddiiiii … Kontolnya gedeeeee ….” Aku tak menyangka Aisya yang begitu alim bisa mengeluarkan erengan binal seperti itu. Memeknya tampak berkedut-kedut menghisap kontolku penuh birahi. Tak sesempit milik Aini memang, tapi tubuh Aisya begitu harum hingga aku benar-benar bergairah dibuatnya. Tak lama kemudian aku pun menyentuh selaput daranya dan … ahhh, aku kembali memerawani akhwat berjilbab panjang, cantik pula.
Aku pun mendapat ide untuk merekam persetubuhanku dengan Aisya, sang akhwat alim itu. Aku keluarkan handphoneku yang berkamera lalu merekam video persetubuhanku dengan wanita berjilbab yang telah lama kuidamkan ini dari arah kanan, sambil tetap menggenjot memeknya yang telah terasa begitu licin karena cairan birahinya yang membanjir. Sengaja aku hanya menyorot tubuhnya saja dan membuat sedemikian rupa agar wajahku tak ikut terekam, Ohh, pintarnya aku. Dia pasti tak akan bisa menuntutku balik karena tak ada bukti aku pernah menyetubuhinya, tapi ada bukti kalau ia pernah meringis-ringis kenikmatan ketika disetubuhi pria yang bukan mahromnya.
Beberapa menit kemudian, tubuh Aisya terasa menegang. Aku yang sudah pengalaman tentu tahu kalau ini adalah cirri-ciri wanita yang akan orgasme. Aisya begitu menikmati pengalaman pertamanya bersetubuh denganku, tak heran kalau ia bisa secepat itu mencapai orgasme. Ia pun mulai meraung mencari kenikmatan sejatinya. Pinggulnya maju mudur mengikuti genjotan kontolku di memeknya yang suci itu.
“Ahh … ahhh … ahh, Aisya mau pipis pakk …ahh”
“Lepaskan semua birahimu sore ini sayang … Bapak akan buat kamu melayang”
“Ahhh ahhhhhhhhhhhh ahhhhhhhhhhhh, Pakkkkkkkkk …………. Aisya gak kuat ………..” sedetik kemudian cairan cinta dalam jumlah yang banyak terasa menyiram kontolku di dalam memek Aisya. Aisya pun langsung ambruk setelah orgasme yang mungkin baru pertama kali ia rasakan seumur hidupnya.
Baru pertama kali ini aku bersetubuh dengan seorang wanita di mana wanita itu langsung ambruk setelah orgasme. Aisya adalah salah satu wanita terunik yang pernah kurasakan. Untungnya tepat setelah itu baru adzan maghrib berkumandang, tanda ajian pemikatku sudah tak ada pengaruhnya lagi pada diri Aisya. “Untung saja dia langsung ambruk,” pikirku.
Aku menyeka keringat yang bergulir di pipi akhwat yang cantik itu sambil memeluknya di bahuku. Aku pun mengeluarkan sapu tanganku dan mengelap kemaluannya yang telah banjir dengan cairan kenikmatannya sendiri. Setelah itu aku rapikan jubah, rok dan jilbabnya, aku masukkan kembali payudaranya yang indah yang tadi menyembul keluar, kemudian aku gendong tubuh indah seorang Aisya Pradana menuju mobilku. Selama menggendong Aisya, jujur birahiku naik turun. Tak tahan ingin kembali menggumulinya, tapi aku musti bersabar, karena orang sabar disayang Tuhan katanya. Entah petualangan apa lagi yang akan kujalani dengan Aisya

Bercinta dengan Dokter Jilbab Seksi

Namaku Hendri, aku bekerja di sebuah kantor BUMN. Aku sudah menikah selama 3 tahun dengan istriku. Walau kami belum dikaruniai anak, kami sangat bahagia karena istriku adalah orang yang pandai sekali menyenagkan suami. Sepertinya tidak ada habisnya sensasi, gaya, dan teknik yang istriku peragakan setiap kami bergumul di ranjang. Aku 7 tahun lebih tua dari istriku yang kini berusia 28 tahun.


Beberapa waktu lalu, rumah kami semakin berwarna ketika adik bungsu istriku yang kuliah kedokteran di salah satu perguruan tinggi negeri tengah menjalankan Coass di salah satu Rumah Sakit negeri yang kebetulan berada dekat dengan rumah kami. Umurnya masih sangat muda sekitar 22 tahun, dia termasuk mahasiswi yang cerdas karena dapat menuntaskan studi tepat pada waktunya.

Jika dilihat dari wajahnya, dia lebih cantik dari istriku, ditambah wajahnya yang teduh dan keibuan. Walaupun tubuhnya aku taksir tidak sebagus tubuh istriku tapi masih diatas rata-rata wanita pada umumnya. Perbedaan lainnya, jka istriku senang berpakaian seksi dan menarik lawan jenisnya, apalagi ditunjang dengan tubuh yang sangat aduhai. Adik dari istriku ini malah sebaliknya, dia menutupi kecantikannya dengan pakaian yang sangat longgar dan jilbab yang lebar. DItambah manset dan kaus kaki sehingga aku hanya bisa melihat wajahnya yang putih bersih dan telapak tangannya. Bahkn setiap aku ada di rumah dia tidak melepaskan jilbab dan kaoskakinya walau barang sebentar. Namanya Nurul Annisa gadis cantik itu.

Kami lalui hari dengan wajar, aku bisa berangkat terlebih dahulu dengan mengantarkan istriku ke kantornya. Sedangkan Annisa terbiasa berangkat terakhir karena letak Rumah Sakit yang tidak terlalu jauh dari rumah kami. Walau dalam hati aku menyimpan ketertarikan pada Annisa. Aku semakin bergairah ketika melihat tingkahnya yang sopan, murah senyum, dan lenggok pinggulnya ketika berjalan walau aku yakin bukan maksud dia untuk melakukan itu. Inner beauty yang terpancar ditambah bakat kecantikan den kemolekan tubuhnya selalu ia jaga dengan baik. Katanya hanya untuk suaminya saja, bahkan dia tidak mau pacaran walau saya yakin pasti banyak laki-laki yang menginginkannya. Jilbabnya yang lebar itu tidak dapat menutupi lekukan dadanya yang membusung. Jika istriku berukuran 38 B aku taksir besar tetek adik istriku itu sekitar 36 B. Tingginya yang semampai hampir mencapai 165 cm ditunjang tubuh yang tidak kurus juga tidak gemuk membuat mata laki-laki manapun pasti akan terkesima. Apalagi jika dirumah aku sering melihatnya hanya menggunakan daster saja walau wajah dan kakinya tidak dapat aku lihat, tapi aku dapat membayangkan bagaimana tubuhnya.


Terkadang ketika aku bergumul dengan istriku aku membayangkan sedang melakukan dengan Annisa, sikapnya yang tertutup pada laki-laki dan selalu menutup tubuhnya semakin membuatku penasaran. Hanya saja aku masih menghargainya sebagai adik dari istriku, dan sikapnya yang menjaga diri. Gayanya dan sikapnya yang renyah membuat siapapun jadi tidak sungkan untuk mengenalnya lebih dekat denganna walau ia tetap menjaga jarak.

Suatu hari, sepulang kantor aku membuka DVD Blue Film yang baru aku pinjam dari teman kantorku, Blue Film yang aku tonton degan menggunakan komputer cukup bagus dimana Film tersebut tidak terlalu vulgar dan seronok yang membuat orang jijik. Itu membangkitkan gairahku, kudekati istriku yang sedang menonton tivi di ruang tengah, aku mulai mencumbunya dan dia pun membalas cumbuanku, tiba-tiba ku dengar pindu depan terbuka, pasti Annisa gumamku.

"Tumben jam 9 baru datang Nis?" Tanya istriku,

"Iya mbak, tadi praktik bedah dulu. O ya mas, boleh kan aku pakai ruang kerjanya, aku mau buat laporan" lanjut Nisa.

"Silahkan aja, pakai sebabasnya dan jangan canggung disini" ujarku sambil menahan birahi yang baru saja naik.

"Terima kasih ya mas" ucapnya.

Setelah Nisa masuk kamar kamipun segera melanjutkan kegiatan kami dan pindah ke dalam kamar kami. Pergumulanpun semain seru karena istriku mulai mengeluarkan jurus-jurus barunya. Tapi tidak perlu ku ceritakan karena bukan ini inti cerita yang akan aku ceritakan. Setelah kami puas kamipun tertidur.

Aku terbangun sekitar pukul 1 dini hari, ku lihat istrku masih terlelap kelelahan tanpa seheli benangpun disebelahku. Aku keluar kamar untuk mengambil air minum dan memeriksa kondisi rumah. Kulihat sekilas Annisa masih di ruang kerjaku dan masih didepan komputer, setelah kupastikan semua pintu terkunci dan aku mengambil segelas air. AKu mulai perhatikan Annisa yang tampaknya tidak mengetahuoi keberadaanku. Aku puji kecantikanya dalm hati. matanya yang lentik, bibirnya yang tipis dan menawan. Namun...tiba-tiba aku melihat sesuatu yang ganjil. Mata Annisa masih memandangi layar komputer saat itu, tapi tangannya mulai menyusup dibalik jilbabnya. Dari pergerakan tangan yang tertutup jilbabnya itu aku tahu apa yang dia lakukan. Dia meremas-remas teteknya sendiri, ku lihat matanya setengah terpejam bibirnya terbuka. mungkin dia sedang merasakan sensasi yang baru dia rasakan.

"mhh..uuhhhmmm...aaahhh...." ku dengar desahan samar dari mulutnya, aku segera bergegas ke kamar untuk mengambil Handhone ku dan segera merekam kejadian langka ini.

Tangan kanan Annisa masih terus meraba teteknya, kini rabaannya kian keras dan bersemangat. Tidak hanya itu aku lihat sepintas tangannya melepas kancing daster bagian atasnya, dan aku yakin dia memasukkan tangannya ke dalam teteknya. Kejadian itu terus aku rekam.

Sesekali Annisa melengguh "uuhh...aahhh...mhh.....oohh..." matanya terus terpejam, bibir bawahnya dia gigit, terkadang kepalanya tergeleng ke kanan dan ke kiri.

Ternyata tidak selesai disitu, tangan kirinya mulai menuju ke selangkangannya, dia meraba memeknya sendiri dari luar dasternya. ku lihat jari tengahnya terus menggosok bagian tengah memeknya, aku zoom kamera HPku, dan melihat secara close up apa yang sedang dia lakukan. Annisa mulai menarik dasternya ke atas, walau masih menggunkan kaus kaki mulai terlihat betis atasnya yang sangat putih, sedikit-demi sedikit daster tersebut tertarik ke atas oleh tangan kiri Annisa. Pahanya yang putih mulus mulai tersingkap, Kontolku mulai tegang melihat pemandangan itu. Sampai akhirnya tangannya berhenti ketika daster mulai sampai di bagian perutnya. Dan terpampanglan ceana dalam anisa yang berwarna putih. Tangan kiri Annisa terus bergerak masuk ke dalam celana dalamnya. Ku lihat tangannya terus bergerak-gerak diantara selangkangannya. Desahannya semkin menjadi, rangsangan yang sungguh hebat membuat dia tidak merasakan keberadaanku.

"Auuuuww...oohh....ahhh....eehhhmmm...yyaaahhh " racaunya.

Sunggh pemandangan yang belum pernah aku lihat seorang wanita berjilbab yang tengah bermasturbasi tanpa melepaskan jilbabnya. Dulu saat kuliah aku pernah mengintip anak ibu kosku yang melakukan itu, tapi itu kurang menantang karena anak ibu kos ku itu sering mengumbar auratnya dan punya affair dengan salah satu teman kosku. Tapi ini pemandangan yang berbeda dan sungguh luar biasa.

Gerakan tangan kiri Anissa diselagkangannya semakin cepat, dan remasan tangan kanannya di tetek semakin kuat. Ingin rasanya aku membantunya, tapi masih sibuk merekam dengan kamera handphoneku. Sesaat kemudian aku lihat dia mulai menghentikan aktifitasnya, nafasnya naik turun teratur, matana masih terpejam, tapi aku tidak tahu apakah dia telah mencapai puncak kenikamatan atau belum karena aku tidak mendengar jeritan yang biasanya menjadi ciri wanita saat orgasme. Sebelum dia sadar aku segera bergegas menuju kamarku, dan mulai mereview kembali dari HPku apa yang baru aku saksikan tadi. Tanpa sadar aku melakukannya sambil beronani, sampai orgasme beberapa kali. Aku baru menyadari DVD Blue Film yang baru aku pinjam tadi, ternyata masih tertinggal dalam komputerku, aku yakin tadi tanpa atau dengan sengaja dia melihatnya. Aku yakin karena dalam DVD itu ada adegan wanita yang melakukan masturbasi, mungkin dia mengikutinya.

Keesokan paginya, semua sepertinya biasa dan nampak wajar, istriku masih sibuk berdandan, maklum dandannya bisa sampai 2 jam sendiri. Aku memulai sarapan tanpa menunggu istriku, kemudian ku lihat Annisa sudah rapih dan keluar dari kamarnya. Dia sangat cantik dengan dandanannya yang sederhana, hanya berbalut bedak tipis dan lip glose seperlunya. Tapi ini adalah pemandangan fantastis, wanita yang apa adanya aku lihat menjadi jauh lebih cantik dibandingkan yang ber-make up. Jilbab warna pink dipadu kemeja putih dan rok panjang warna senada dengan jilbabnya membuat dia semakin cantik. Diapun tanpa merasakan apapun memulai sarapan paginya.

Aku membuka obrolan pagi itu "Gimana Nis? laporannya selesai semalam?",

"Sudah selesai mas, terima kasih ya ruangan dan komputernya" katanya tenang.

"Ngerjain laporan atau ngerjain yang lainnya?" sindirku.

Annisa langsung terdiam dan menghentikan kegiatannya yang sedang mengambil nasi dari rice cooker. Wajah putihnya mulai bersemu merah, mungkin dia mulai menyadari aku melihat apa yang dilakukannya.

"Tenang saja, kita kan sama-sama dewasa, tahu sama tahu lah dan aku pun tidak akan ceritakan ini ke kakakmu" ujarku sambil ku perlihatkan hasil rekaman di HPku.

Wajah Annisa semakin tegang, keringat mulai membasahi wajahnya, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya, aku tahu dia sedang bingung, malu, dan mungkin takut juga.

"Mungkin lain kali kalau mau jangan sendiri, aku siap membantu kamu sampai kamu puas" Bisikku.

Tanpa menjawab dia langsung beranjak dari kursinya dan menyambar tasnya, tanpa mengucapkan sepatah katapun, yang aku tahu matanya yang berbicara, matana nampak mulai penuh dibasahi air mata yang hendak meloncat keluar.

Malamnya, aku berlaku seperti biasa seperti tidak terjadi apapun. Sedangkan Annisa seperti agak sungkan dan kaku setiap bertemu denganku.

"Pah, tidur yuk, mamah dah ngantuk banget nich",

"Ya sudah tidur aja dulu, nanti papah menyusul".

Setelah kulihat istriku sudah tertidur lelap, aku beranikan diri mendekati kamar Annisa, yang nampaknya masih menyala terang, sepertinya dia masih belajar. Tok...tok...tok... aku mengetuk pintu kamarnya.

"Siapa?" sahutnya dari dalam, saat dia buka pintu kamarnya, aku segera mendorong pintu itu sehingga Nisa agak tersungkur kebelakang. Aku kunci dari dalam pintu kamarnya,

"Mass....mas mau apa? keluar dari kamarku",

"Kamarmu? apa kamu lupa kamu tinggal dimana?" sahutku agak tinggi, dia terdiam.

"Kamu mau videomu tersebar kemana-mana? bahkan wajahmu close up di video itu, semua orang akan melihat apa yang kamu lakukan",

"A...apa mau mas?" ucapnya terbata.

"Aku hanya mau kamu memuaskanku malam ini...",

"Ja...jangan mas, aku masih perawan, aku lakukan apa saja asal bukan melakukan itu",

"Buka!" perintahku ketika kontolku tepat berada di hadapan wajahnya.

Dia mulai membuka celana pendek yang aku kenakan sampai ke lutut, Nisa agak terperangah meihat kontolku yang mulai tegang dan begitu menonjol seakan celana dalamku tidak sanggup memuatnya.

Dengan bergetar tangannya menurunkan celana dalamku dan kemudian menurunkannya hingga ke lutut. Tampak kini dihadapannya kontolku yang telah tegak mengacung bagaikan sebuah tombak yang siap dihujamkan. Tampak ragu dia meraih kontolku dengan sambil menundukkan kepalanya. Akupun meraih tangannya yang halus, dan menyentuhkannya ke kontolku, rasanya sangat nyaman, dimana kulit lembutnya menyentuh kontolku yang sudah mengeras, kokoh, otot-otot yang keluar menambah kesan sangar. Wajahnya tertunduk dan mulai tersedu, tapi aku tak menghiraukan, aku maju mundurkan tangannya, sampai beberapa saat aku tak perlu menuntunnya karena tangannya sudah faham apa yang harus dilakukannya. Nisa pun mulai berani menaikkan wajahnya dan menatap kontolku. Tak berapa saat aku merasakan sesuatu yang ingin melesak dari dalam tubuhku, sampai akhirnya...

"aahh....."aku melengguh disertai keluarnya sperma dari kontolku.

"aaaauuwww...." Nisa tersentak kaget ketika spermaku keluar.

Karena dia berada tepat didepan kontolku, muncratan spermaku mengenai wajahnya, matanya, hidungnya, bibirnya dan sebagian lagi ke jilbabnya. Aku tersenyum puas lalu ku tinggalkan Nisa yang masih terpaku.

Esoknya aku melakukan hal yang sama. kali ini, aku tidak perlu membentak dan memerintahkan, Nisa sudah mengetahui apa yang harus dia lakukan. Walau agak ragu, dia mulai berani menurunkan celanaku sendiri, sampai celana dalamku, dan memulai belaian lembut pada kontolku. dia tidak malu dan canggung seperti kemarin walu masih nampak wajah takut dan terpaksa melakukan itu. Aku memegang tangan kanannya, sambil membiarkan tangan kirinya tetap menggenggam kontolku yang hampir tak tergenggam tangan mungilnya karena dameternya yang hampir mencapai 7 cm. AKu renggangkan telapak tangannya dan aku tuntun melakukan gerakan mengusap pada ujung kontolku, telapak tangannya mengusap dengan melakukan gerakan memutar di ujung kontolku seperti yang sering istriku lakukan. Hal ini memberiku sensasi yang lebih, apalagi yang melakukan adalah seorang wanita yang polos tentang seks, alim dan selalu berjilbab, menjaga dirinya dan menutupi tubuhnya. suatu sensasi yang sangat luar biasa. Aku kembali mencapai puncak dan memuntahkannya diwajahnya. Kegiatan itu sering kami lakukan tanpa sepengetahuan istriku sampai beberapa waktu lamanya.

Pagi ini aku baru sampai dari kantor karena mendapat giliran piket, karena itu siang ini aku mendapat libur. Sampai di rumah suasana wajar setiap pagi seperti yang telah menjadi rutinitas. Istriku sudah siap berangkat ke kantor, dan taksipun telah menunggunya diluar. "Pah aku berangkat dulu ya.." sambil menciumku, tubuhnya indah dibalut blazer ketat dan rok yang sangat pendek, ahh...itu pemandangan biasa.

"Mah...sekalian kunci ya pintunya" ujarku,

"Nanti saja, Nisa belum berangkat, biar dia saja yang kunci pintu..." ujarnya sambil berlalu.

"Hah..nisa masih di rumah..padahal biasanya dia sudahberangkat pagi-pagi sekali" bisikku.

"Kreeekkk...blak" kulihat intu kamar yang dibuka dan kemudian di tutup, ku lihat nisa mengenakan jilbab warna putih sampai dibawah sikunya, gamis pink warna kesukaannya dan rok putih manset dan kaos kaki putih pun sudah menghiasi lengan dan kakinya. Dia terperanjat melihatku sudah di dalam, dia langsung menundukkan wajahnya dan bergegas menuju pintu.

"Nggak makan duli nis?" sahutku memecah keheningan,

"Ngga mas..di RS aja, ngga enak sudah telat..." sambil terus menundukan wajahnya dan berlalu.

"Eii...ttt...mau kemana?santai dulu di sini",

"Jangan mas...aku udah telat ke RS, nanti residentku marah" sahutnya ketakutan,

"Apa peduliku...!", langsung muncul niat di pikiranku,

"Kamu mau video itu tersebar? kamu ingat? kamu tingga di rumah siapa? akan tinggal makan, tidur tinggal tidur...", wajahnya semakin memerah sangat jelas karena kulitnya yang putih tidak dapat menutupinya.

"Kamu juga harus punya pengorbanan..." lalu aku duduk di sofa depan TV yang biasa kami gunakan untuk menonton, aku masih berkemeja lengkap.

"sini...duduk didepanku", dia langsung memahami perintahku, wajahnya masih tertunduk, dan sama sekali tidak melihatku.

Tanpa di suruh dia langsung membuka ikat pinggangku, lalu celanaku dan menurunkannya sampai ke mata kaki. Ahh...pemandangan yang sangat tidak ingin aku lewatkan, berdua dengan wnaita cantik di rumah, dan yang paling penting, kami tidak melakukannya sembunyi-sembunyi di kamar, tapi di ruang tengah yang sangat luas, aku semakin terobsesi. Tanpa di suruh, nisa langsung mulai menggerak-gerakkan tangannya mengocok batang kontolku yang mulai tegak. berapa saat kemudian,

"berhenti...aku sudah bosan dengan cara itu, ganti dengan cara lain!!",

"Cara gimana mas...aku ngga ngerti" ambil terus tertunduk pasrah.

"dengan mulut kamu....sekarang", aku lihat tubuhnya merespon dengan sangat terkejut perintahku, hal yang tidak pernah sama sekali dia bayangkan.

"semakin lama kamu melakukannya...semakin terlambat sampai RS..."bentakku.



Nisa pun mulai menuruti perintahku, didekatkan bibirnya yang mungil itu ke kontolku, ketika bibirnya yang lembut, hangat dan basah oleh lipglose itu menempel ujung kontolku, aku merasakan sensasi yang luar biasa. Cara menciumnya pun sangat aneh, karena dia tidak pernah melakukannya sama sekali, tapi aku biarkan karena di situ seninya, melihat wanita alim yang masih polos melakukan oral sex. Aku tertawa dalam hati, dan menikmati apa yang ada di hadapanku. Mungkin sudah insting, ciumannya mulai mengitari seluruh kontolku, bahkan sesekali dia basahi dengan lidahnya. Dia melakukannya dengan mata yang selalu terpejam, kuberanikan memegang punggungnya, aku rasakan detak jantungnya berdebar sangat keras hingga ke punggung.

"ahh...nikmati sekali nisa sayang....terus sayang...kulum semuanya...seperti kamu mengulum permen lolipop ketika kamu kecil dulu" ujarku sambil mulai berani mengusap dan membelai jilbabnya.

Dengan ragu nisa memasukkan kontolku ke rongga mulutnya, aku tidak tinggal diam aku segera mendorong kepalanya semakin masuk, sehingga dia tahu apa yang harus dia lakukan....Tangaku mulai berani menyusup ke balik jilbabnya, dan menemukan sebuah gundukan yang sangatlembut terbalut bra,

"mhh...cuma 34B tapi lembut dan idah sekali" desisku. Nisa terperangah, dan langsung tangannya mem****g tanganku dan menjauhkannya dari dadanya.

"Diam!!!" bentakku. Dia terdiam, dan matanya mulai meneteskan air mata.

Lalu tangan kananku memegang bagian belakang kepalanya dan memaju mundurkan kepalanya, sehingga bibirnya yang lembut beradu dengan lapisan kulit kontolku, aku merasakan sensasi yng sangat luar biasa dan tidak pernah aku dapatkan. tangan kiriku kembali bergerilya di dadanya, kali ini tidak ada perlawanan, bahkan ketika aku mulai meremas teteknya yang lembut. Aku merasakan putingnya semakin mengeras, tanda dia mulai terangsang dan menikmatinya. Sampai beberapa saat akhirnya

"aaahh...aauuww..." Aku mengejang, dan seketika muncullah lahar putih hangat dari ujung kemaluanku.

Nisa kaget bukan kepalang, dia berusaha mengeluarkan kontolku dari mulutnya, tapi itu sia-sia karena tangan kananku menahannya. Akhirnya spermaku muntah di rongga mulutnya.....dia hanya bisa tergugu dan diam dengan mulut yang masih mengemut kontolku. ketika ku cabut, speraku meleleh dari bibirnya yang manis, dan diapun memuntahkannya...ahhh...indah sekali. dia langsung berlari ke wastafel untuk memntuahkan apa yang baru ditelannya. dia meludah terus menerus, sambil terus senggukan menahan tangis. Lalu dia pun masuk ke kamar. aku masih menikmati ejakulasi terindah yang pernah aku rasakan, sambil tetap duduk di sofa tengah.

Tak berapa lama, nisa keluar dari kamarnya, dengan jilbab dan gamis yang baru, mungkin karena kusut dan terkena cipratan spermaku. Walaupun tetap dengan wajah menunduk, tai dia mulai berusaha bersikap biasa, dan berani mencairan suasana.

"Mas...aku berankat dulu",

"Iya...hati-hati ya...rahasiamu aman denganku".

Malam harinya aku bergumul hebat dengan istriku hingga aku terlelap. Sebenarnya aku ingin sekali segera memiliki buah hati, tapi itu belum terjadi, ya sekarang sih aku puas-puasin dulu dengan istri. Saking terlelapnya aku tidak tahu kapan Nisa datang. Jam 2 dini hari aku terbangun lagi, dan seperti biasanya aku mengambil minum di kulkas.

Ku lihat kamar nisa masih terang, "mhh...rajin sekali belajarnya", lalu ku ketuk pintu kamarnya, libidoku pun mulai naik lagi.

"Nis...buka pintunya" ujarku.

"I...iya mas...", agak lama dia membuka pintunya karena biasanya dia mengenakan jilbabnya dulu sebelum menemuiku.

"belum tidur ya?",

"Belum mas, masih ada tugas...mhh...boleh aku pinjam lagi komputernya mas?",

"Tentu saja boleh...tapi kamu tahu syaratnya bukan?", dia terdiam...mungkin bingung, dia tahu arah pertanyaanku, tapi dia tidak ingin melakukannya.

Mungkin tidak ada pilihan lagi, seketika dia segera menjalankan tugasnya, anehnya kali ini dia sangat buas mengulum kontolku, dia seperti sudah lihai dengan tugasnya, "ah...mungkin dia mencontoh dari DVD BF yang dulu dia tonton di komputerku", "mulutnya terus membasahi kontolku, terus melakukan gerakan mengurut dan merangsang agar kontolku segera mengeluarkan lahar putihnya. Pemandangan yang luar biasa, dengan daster yang lebar dan mengenakan jilbab kaos putih ang sangat lebar. Dan dia pun hanya diam ketika dua tanganky menyelinap dibalik jilbabnya dan mulai meremas teteknya. Aku perhatikan mukanya mulai memerah, kadang nafasnya tertahan dan mulai memburu. DIa tarangsang...aku yakin sekali, dia juga manusia yang punya hasrat. Sesaat kemdian kontolku mulai bergetar dan segera melesakkan lahar putihnya, Nisa kaget dan spontan mengeluarkan kontolku dari mulutnya, aku tidak dapat menahannya karena tanganku sedang sibuk meremas teteknya. Seketika spermaku menyembur di wajahnya, mengenai matanya, bibirnya, dan pipinya yang merona merah.

"Ahhh...." aku kaget mendengar kata itu keluar dari bibirnya.

"bersihkan!" serta merta bibir dan lidahnya membersihkan sperma yang masih menempel di kontolku.

Akhirnya, kegiatan ini sering saya lakukan, walaupun tetap aku paksa, namun dia sudah tidak canggung untuk melakukannya. Bahkan, dia semakin lihai agar membuatku segera ejakulasi. Mungkin itu dia dapatkan dari pelajaran di kuliahnya, dia tahu titik rangsang yang paling sensitif.
Diberdayakan oleh Blogger.